Selasa, 26 April 2011

China Segera Lampaui AS dalam Riset Ilmiah

China berada pada posisi untuk membalap AS dalam hal produksi ilmiah, kemungkinan pada tahun 2013, jauh  lebih awal dari perkiraan.

Itulah kesimpulan penelitian besar oleh Royal Society, yaitu akademi sains nasional Inggris. Negara yang menciptakan kompas, bubuk peluru, kertas dan percetakan itu akan kembali bangkit dengan peranan penting global.

Satu analisis dari riset terpublikasi --salah satu ukuran penting upaya bidang sains-- menunjukkan kebangkitan hebat bidang sains China.

Penelitian yang berjudul Knowledge, Networks and Nations memperlihatkan tantangan terhadap dominasi yang selama ini dipegang oleh Amerika Serikat, Eropa dan Jepang.

Angka-angka didasarkan pada makalah yang diterbitkan di jurnal-jurnal yang diakui secara internasional yang didaftar oleh dinas Scopus penerbit-penerbit, Elsevier.

Pada tahun 1996, tahun pertama analisis, AS menerbitkan 292.513 makalah --lebih dari 10 kali jumlah makalah China sebanyak 25.474. Pada 2008, jumlah makalah AS naik tipis menjadi 316.317 sementara China bertambah lebih dari tujuh kali lipat menjadi 184.080.

Perkiraan terdahulu untuk tingkat ekspansi sains China memperlihatkan bahwa China kemungkinan akan  melampaui AS pada tahun 2020.

Tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa Negara Tirai Bambu setelah menyingkirkan Inggris sebagai penghasil riset kedua terbesar di dunia, bisa melampaui Amerika dalam dua tahun mendatang.

"Perkiraan beragam, namun penafsiran langsung dari data penerbitan Elsevier menyebutkan bahwa itu bisa terjadi sesegera tahun 2013," kata penelitian itu seperti dilansir BBC.

Profesor Sir Chris Llewellyn Smith, ketua tim laporan, mengatakan dia "tidak heran" oleh peningkatan itu karena alokasi dana yang sangat besar dari pemerintah China untuk riset dan pengembangan.

Pengeluaran China naik 20% per tahun sejak 1999, dan sekarang mencapai $100 miliar. Dan sebanyak 1,5 juta mahasiswa sains dan teknologi lulus dari universitas-universitas China pada tahun 2006.

Laporan itu menekankan bahwa hasil riset Amerika tidak akan menurun secara absulut dan memperbesar kemungkinan negara-negara seperti Jepang dan Prancis bangkit untuk menyaingi China.  (go4/ICH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar